Pada pagi yang cerah ketika libur sekolah, si kancil memutuskan untuk menemui sahabatnya yang tinggal di tepi sungai, Burung Gagak. Si kancil dan burung gagak memang sudah sangat kenal akrab, semua bermula ketika burung gagak menolong kancil dari sergapan serigala. Burung gagak terkenal sebagai burung yang sangat baik, bulunya putih dan cantik, serta pandai sekali mencari ikan. Banyak yang kagum pada burung gagak, tentu saja karena burung gagak juga termasuk burung yang cukup ramah.
Setelah beberapa lama si kancil berjalan, ahirnya si kancil tiba di tepi sungai tempat burung gagak tinggal. Tapi belum sempat si kancil menuju sarang burung gagak, dia mendengar suara tangisan yang cukup pilu. Kancil kemudian mencari dari mana arah suara itu. Dan ahirnya dia menemukan ada seekor burung berwarna hitam kusam tengah menangis di pinggir sungai. Kancilpun mendekat dan berusaha menyapanya, tapi betapa terkejutnya si kancil ketika tahu bahwa burung yang berwarna hitam legam itu adalah gagak sahabatnya.
“Hai gagak sahabat ku, apa yang terjadi pada mu? Kenapa bulu mu yang putih dan indah berubah menjadi hitam begini?”. Tanya kancil terkejut. Dalam isak tangisnya, burung gagak pun mulai menjelaskan “Aku di tipu sama burung bangau sahabat ku cil.. dia yang membuat aku jadi begini”.
Jawaban burung gagak membuat si kancil semakin penasaran, karena yang dia tahu.. si burung bangau yang memiliki bulu berwarna hitam legam adalah sahabat karib dari burung gagak. Bahkan burung gagak kerap membantu burung bangau mencari ikan. “Aku tak faham dengan maksud mu kawan. Bukankah burung bangau itu sahabat mu? Dan bagaimana ceritanya bulu mu yang dulu putih dan indah kini berubah menjadi hitam begini?”. Tanya si kancil. Ahirnya, burung gagak mulai bercerita tentang nasib malang yang menimpanya.
Semua berawal dari satu bulan yang lalu. Waktu itu burung gagak melihat burung bangau sangat sedih. Dia merasa rendah diri karena memiliki bulu yang hitam serta sangat buruk, sedangkan si gagak memiliki bulu yang putih dan indah. Si bangau merasa bahwa dirinya adalah mahluk yang sangat malang. Karena kasihan dengan sahabatnya itu, ahirnya burung gagak menceritakan rahasia ke cantikan bulunya pada burung bangau.
Dia bercerita bahwa dia memiliki bubuk emas ajaib yang dapat membuat bulu menjadi bersih, putih, dan berkilau indah. Setiap seminggu sekali, dia mencuci bulu-bulunya dengan air yang sudah di campur bubuk emas ajaib itu. Sehingga bulunya tetap tampak bersih dan indah. Mendengar itu, burung bangau menjadi sangat tertarik.
Lalu di merengek meminta pada burung gagak agar mau meminjamkan bubuk emas ajaib itu padanya. Karena mereka sahabat dekat, ahirnya burung gagak meminjamkan bubuk ajaibnya. Dengan catatan, bangau akan mengembalikan bubuk itu setelah waktu satu bulan.
Setelah satu bulan berlalu, ternyata bulu-bulu burung bangau memang berubah menjadi putih, indah, dan bersinar. Hal tersebut menjadikan burung bangau sangat sombong, dan ingin memiliki bulu indah itu untuk selamanya. Dengan kata lain, burung bangau tak berniat mengembalikan bubuk itu pada burung gagak. Ahirnya burung bangau menyusun siasat.
Tepat setelah satu bulan, burung gagak dating menemui burung bangau untuk mengambil bubuk itu. Ketika mendengar suara burung gagak yang ada di luar, burung bangau menyuruh gagak untuk menunggunya sebentar di luar. Sementara burung bangau tengah menjalankan siasat liciknya, di membuat sebuah bubuk dari arang.
Dia tak ingin ada yang mampu menyaingi ke indahan bulunya, termasuk sahabatnya sendiri si burung gagak. Tepat ketika si burung gagak tengah lengah menunggu burung bangau di luar, tiba-tiba burung bangau keluar lalu menyiramkan bubuk arang ke seluruh bulu burung gagak.
Dengan nada angkuh si burung bangau berkata “ Hahira.. dasar hewan bodoh. Sekarang hanya aku yang akan menjadi hewan yang berbulu paling cantik sedunia. Bubuk ini akan ku bawa, tak akan ku kembalikan. Sekarang lihat bulu mu, kau menjadi hewan yang buruk rupa. Hahahaha..”. kata burung bangau sambil terbang jauh meninggalkan burung gagak yang terkejut dan tak menduga perbuatan sahabtnya itu.
Mendengar kisah dari burung gagak, si kancil merasa iba. Lalu dia berusaha member semangat pada burung gagak..’ Sudahlah kawan.. sahabat seperti itu sudah tak bisa lagi kau percaya. Lupakan saja.. tak usah bersedih. Mungkin, kini bulu mu tak akan bisa seindah dulu. Akan tetapi, kita di nilai dari hati dan perbuatan kita, bukan dari bentuk fisik kita.
Contohnya aku, aku berbadan kecil. Tapi aku tetap memiliki banyak teman karena meski aku tak kuat, tapi aku tetap berusaha menolong kawan-kawan ku yang di rundung kesusahan dengan cara ku sendiri. Sudahlah.. tak usah bersedih. Kelak, si bangau yang licik itu akan mendapat balasanya sendiri. Kau tak usah hawatir, karena tuhan maha adil.
Seburuk apapun warna mu, kau tetap gagak sahabat ku yang selalu baik hati dan suka menolong, sama seperti dulu”. Mendengar kata-kata si kancil, burung gagak menjadi sangat lega. Hatinya merasa terhibur dan kini dia buang semua kesedihanya. Kancil memang benar. Seseorang itu tak di nilai dari bentuk mereka, tapi lebih dari apa yang mampu mereka lakukan untuk sesama. Dan pada kisah yang lain, si burung bangau akan menerima akibat dari sifat liciknya.
0 komentar:
Posting Komentar