Selasa, 23 Februari 2016

Peri Ungu (Peri tanpa Sayap) PART 2 -KERAJAAN AWAN-

 "Aku adalah peri ungu, anak dari raja dan ratu awan dari kerajaan awan. Aku memiliki 6 saudara kembar dan aku sibungsu, tapi kami tidak identik. Dulu aku memiliki sayap yang indah layaknya seorang peri lainnya, juga seperti saudara-saudaraku. Tapi semua berubah sejak kecelakaan itu." Peri ungu menghela nafas panjang, menahan agar tidak menangis. Hemmmm... ahhh, namun tanpa dapat tertahan lagi air mata peri ungu mengalir tipis di pipinya. Dengan cekatan si merpati biru menghapus air mata peri ungu.

"Aku tidak apa merpati, baiklah akan aku lanjutkan ceritanya. Setiap peri yang mengalami patah pada sayapnya, maka sudah dipastikan akan kehilangan sayap tersebut, hanya peri yang masih berumur dibawah 2 tahunlah yang bisa mendapatkan kembali sayapnya apabila patah. Sayangnya aku kehilangan sayap saat berusia 13 tahun, yahh...kecelakaan itu merenggut sayapku setahun yang lalu, jadi sudah dipastikan aku tidak akan memiliki sayap lagi. Sejak kejadian itu semakin hari sisa sayapku semakin rapuh hingga akhirnya lepas dari tubuhku. Sejak kejadian itupula, perhatian ayah dan ibuku hanya terfokus pada perasaanku, kepulihanku dan kebahagiaanku."

"Bukankah itu suatu yang baik ? Lalu kenapa kau bersedih ? Bila memang kau mendapat perhatian dari kedua orangtuamu, kenapa malah membuatmu bersedih ?" Tanya merpati biru pada peri ungu.

"KAU TAK TAU MERPATI...." Dengan nada meninggi peri ungu menjawab pertanyaan merpati biru. Huaaa... Hiks..hiks..hiks, lagi-lagi peri ungu tak dapat menahan airmatanya, namun yang ini lebih deras keluar. "Kau tak tau apa yang aku dapat selain itu, saudara-saudaraku mulai mencemburuiku merpati. Sehingga mereka rela mengumpatku, mengharapkan aku tiada, bahkan tak jarang mereka ingin melukaiku dengan sihir. Tak dapat aku rasakan lagi cinta kasih dari mereka, hanya kakakku peri kuning yang masih perduli denganku, dan menguatkanku, tapi itu saja tak cukup bagiku, aku menginginkan sayapku, aku menginginkan kasih sayang kedua orangtuaku, tapi aku juga menginginkan cinta kasih dari saudara-saudaraku seperti dulu merpati, SEPERTI DULU." Peri ungu memperjelas kata 'seperti dulu' untuk menegaskan keinginannya kepada merpati biru.

"Tapi bukankah memang pada dasarnya kita tidak dapat selalu memiliki apa yang kita inginkan ? Kau tahu itu bukan ?"

"Iyahh aku tahu, tapi pernahkah kau merasakan betapa sedihnya kehilangan apa yang pernah kau miliki dan yang masih ingin kau miliki ? Kurasa kau tak akan pernah mengerti, betapa sakitnya dijahui dan kehilangan saudara-saudara yang kau sayangi." Dengan nada lemah peri ungu menjelaskan.

"Jika itu yang kau mau. Aku bisa membantumu, ikutlah denganku." Kata si merpati biru setelah peri ungu menyelesaikan ceritanya.



"Tapi jika aku ikut denganmu maka aku harus meninggalkan semua yang aku miliki sekarang ? Termasuk ayah dan ibuku, juga saudara-saudaraku ?"


"Yahh, tentu saja." Jawab merpati singkat. "Tak apa kau tinggalkan mereka sekarang, toh hanya untuk sebentar saja."


Disaat peri ungu masih berfikir tentang ajakan merpati biru, tiba-tiba perwujudan merpati biru semakin memudar, memudar, dan memudar sampai akhirnya tak dapat dilihat lagi perwujudannya oleh peri ungu. Seketika itu peri ungu langsung terbangun dari tidurnya.

"Ahh, ternyata ini semua hanya mimpi." Tak terasa hari sudah pagi, ternyata semalam untuk pertama kalinya sejak kecelakaan terjadi peri ungu dapat tidur dengan sangat nyenyak.


Krieeekkkk.... Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terbuka. Ahh ternyata itu ratu awan, ibu dari peri ungu. "Pagi anakku sayang, ternyata kau sudah bangun, syukurlah kalau begitu. Ini ibu bawakan sarapan untukmu." Ratu awan meletakan senampan penuh berisi makanan 4 sehat 5 sempurna untuk peri ungu di meja tak jauh dari kasur peri ungu. Setelah itu perlahan berjalan mendekati peri ungu anak bungsunya. "Bagaimana kondisimu pagi ini sayang ?" Sambil mengelus rambut peri ungu penuh kasih, ratu awan menatap iba pada anak bungsunya tersebut. "Sudah semakin membaik kah sayang ?"


"Aku akan selamanya tidak baik ibu." Dengan malas peri ungu menjawab pertanyaan ratu awan.


"Ahh sayang, ibu sangat khawatir dengan kondisimu, ayolah katakan pada ibu, mengapa kau masih saja belum merasa membaik sayang ? Ibu akan melakukan apapun agar kau dapat ceria seperti dulu."
 
Peri ungu berdiri menjahui sang ibu, berjalan perlahan menuju balkon kamarnya. "Bagaimana aku bisa semakin baik bu. Sekarang aku tanya, apakah ibu sudah makan ? Sebelum mengantarkan makananku ke kamar ?" Tanya peri ungu tanpa menatap sang ibu, peri ungu hanya menatap kosong kedepan, ke taman kerajaan.


"Sudah..." jawab sang ratu tegas namun lemah lembut. "Apakah ibu sudah memikirkan kesehatan ibu dulu sebelum memikirkan kesehatanku ? Bagaimana dengan kesehatan ayah dan saudara-saudaraku yang lainnya ? Apakah ibu sudah memikirkannya sebelum memikirkan kesehatanku ? Lalu bagaimana dengan kebahagiaan ibu, ayah, dan keenam saudaraku ? Apakah ibu telah memikirkan kebahagiaan ibu sendiri dan mereka sebelum memikirkan kebahagiaanku ? Dan dengan perasaan mereka, apa sudah ibu pikirkan sebelum memikirkan perasaanku ?" Suara peri ungu semakin bergetar, dan tanpa disadari airmatanya telah menetes tipis dipipinya. "Bagaimana aku bisa membaik, bila aku masih terlalu egois menikmati fasilitas mewah ini sendirian bu ?" Kali ini peri ungu menatap tajam ke mata sang ibu, dan airmatanya semakin deras keluar. Ratu awan yang tak tega melihat anaknya langsung berlari menghampiri peri ungu dan memeluknya lembut.


"Mengapa kau bisa berkata seperti itu peri ungu. Kami semua disini menyayangimu, kami ingin yang terbaik bagimu nak. Tolong jangan bicara seperti itu lagi." Ratu awan pun kini mulai ikut menangis.



"Ibu hanya berpura-pura menutup mata, hati dan telinga ibu, aku tahu bahwa ibu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Hanya agar hati ibu tak terluka, agar hati ayah tak terluka, dan hati-hati yang lainnya tak terluka, ibu berpura-pura menutup mata dan telinga ibu. Tanpa ibu sadari telah banyak hati yang terluka karna fasilitas mewah yang diberikan oleh ayah dan ibu terhadapku." Sambil masih menangis peri ungu melepaskan diri dari pelukan sang ibu, dan perlahan berjalan menuju meja riasnya.


"Tapi nak...." belun sempat menyelesaikan ucapannya, peri ungu telah memotong perkataan sang ibu. "Sudahlah bu, biarkan aku sendiri dulu, aku tak ingin semakin menyakiti hati ibu dan hati yang lainnya. Aku tau sekarang hati ibu terluka, akupun terluka, bahkan 6 hati yang berada di luar kamar ini pun terluka. Tolong tinggalkan aku sendiri bu, aku mohon." Peri ungu menundukan kepalanya di akhir permintaannya. Sang ibu yang sudah tak tega melihat anaknya, perlahan meninggalakan kamar sang anak namun dengan airmata yang masih deras menetes.


Sedangkan diwaktu yang bersamaan, dimeja makan, telah terjadi sedikit kekacauan.


"Selalu ungu, ungu, ungu, dan ungu, hanya ungu yang mendapat perhatian, hanya ungu yang mendapat kasih sayang, hanya ungu yang di istimewakan, hanya ungu, UNGUUUU." Tiba-tiba suara peri merah membuyarkan kesunyian di meja makan. "Jika memang untuk mendapatkan kembali kasih sayang ayah dan ibu aku harus kehilangan sayap indahku, aku rela. Sakitpun tak apa, aku rela."


Raja awan menghentikan kegiatan makannya seketika, dan menaruh sendok ditangannya ke meja, dengan sedikit menggebrak meja. BRUUUAAKKK. "Apa yang sedang kau bicarakan peri merah ? Tak bisa kah kau melihat apa yang sedang terjadi pada adikmu peri ungu ? Masihkah kau tega mencemburuinya ? Ayah dan ibu juga tetap memperhatikan kalian, menyayangi kalian, membesarkan kalian dengan cinta kasih, tapi kau sebagai kakak tertua harusnya faham betul bahwa adikmu peri ungu saat ini yang membutuhkan perhatian lebih." Tatapan tajam raja awan langsug menusuk lurus kemata peri merah.


"Tapi tidakkah ayah dan ibu mengerti, bahwa bukan hanya peri ungu yang butuh perhatian ayah dan ibu, tapi aku, dan adik-adikku yang lain juga membutuhkan itu ayah." Suara peri merah meninggi, membela diri didepan sang ayah. "Ayah dan ibu selalu berpura-pura tidak tahu dan tidak perduli dengan kondisi sekitar. Hanya peri ungu yang ada dipikiran kalian. Mungkin ayah dan ibu sudah merasa memberikan perhatian kepada kami secara adil, tapi nyatanya itu hanya dalam pikiran ayah dan ibu saja. AKU JUGA MENYAYANGI SEMUAA ADIK-ADIKKU AYAHHH." Seketika peri merah meninggikan suaranya. "Tapi aku juga membutuhkan kasih sayang ayah dan ibu, aku masih menginginkan itu ayah, tidak kah ayah fahami itu ? Tidakkah ayah perduli dengan kebutuhan kami akan kasih sayang kalian berdua ?"


Suasana semakin memanas antara raja awan dan peri merah. Semua aktifitas dimeja makanpun seketika terhenti, semua seoalah tak mampu berbuat apa-apa sekarang, bahkan untuk bernafas saja rasanya berat untuk mereka. "Sekarang ibu berada di kamar peri ungu untuk mengantarkan sarapan, bahkan ibu belum sempat menyentuh sarapannya sendiri. Ini semua karna ayah dan ibu selalu mementingkan ungu sehingga kepentingan diri sendiripun kalian lupakan begitu saja." Suara peri merah terdengar lagi, kali ini dapat dilihat bahwa mata raja awan semakin memerah, dan terpancar raut geram diwajahnya. Tanpa menghiraukan wajah sang ayah, peri merah berdiri meninggalkan meja. Tak disangka ternyata peri merah mengambil pedang yang dipajang di tembok kerajaan. "Potong sayapku ayah, potong sayapku dengan pedang ini, bila memang begini caranya agar aku bisa mendapatkan kembali kasih sayang ayah dan ibu, aku rela. POTONGLAH AYAH, POTONGLAH SAYAPKU."


"Baiklah, jika memang itu maumu peri merah. Jangan pernah menyesal dengan keputusanmu." Sang raja awan pun berdiri, diambilnya pedang ditangan peri merah, lalu raja awan berjalan ke belakang peri merah, srekk..srekk..srekk kini raja awan berada tepat di hadapan sayap peri merah. Raja awan mengangkat tinggi-tinggi pedang ditangannya, mencari posisi yang pas agar sayap peri merah dapat terpotong sempurna dengan sekali hempasan pedang. Secara bersamaan peri merah memejamkan matanya sambil mengerutkan keningnya. Pssssshhh... Raja awan menghempaskan pedang ditangannya.

"AYAH JANGAANNNNNN" Teriak peri jingga, peri kuning, peri hijau, peri biru dan peri nila secara bersamaan, dan dengan spontan mereka langsung berdiri.

BERSAMBUNG . . .

4 komentar:

 

DONGENG Template by Ipietoon Cute Blog Design