Minggu, 28 Februari 2016

Persahabatan Ipo dan Osphro

Pada suatu hari, ada ikan gurame yang sedang melamun bersedih ditepian danau, dia bernama Osphro. Entah apa yang membuat dia bersedih, padahal ikan gurame yang lain sedang bersenang-senang merayakan pesta ulangtahun anak ikan terkaya di danau itu. "Hai kamu. . ." Tiba-tiba Osphro mendengar suara, naun tak dihiraukannya, mungkin hanya halusinasi, pikirnya. Namun suara itu terdengar lagi "Hai kamu yang sedang melamun disana . . ." Sayangnya Osphro tetap tidak menghiraukan, dia masih asyik dengan lamunannya. PLETAK. . . "Auuu. . . Siapa itu yang melempariku dengan batu ?" Teriak Osphro. 

"Aku, Aku yang melemparimu dengan batu. Kenapa ? Nggak terima ?" Suara itu lagi yang muncul, kali ini Osphro mulai penasaran dan mulai mencari-cari sumber suara. "Suara siapa sih, cempreng banget, ayo sini tunjukan wujudmu." Kata Osphro menantang. PLETAK. . . "AUUUUU, sakit bodoh." Teriak Osphro mulai geram. PLETAK. . ."Heiii, rupanya kau ingin bermain-main yah denganku." Osphro sudah tak tahan lagi, kini dia semakin teliti menyaksikan sekitarnya. Sudut demi sudut dia pandangi dengan teliti, tak ada yang terlewat. Sampai akhirnya Osphro melihat ada kangkung yang membawa batu kecil ditangannya. Osphro pun langsung menghampirinya "Ohhh. . . Kamu ternyata, hai kangkung cempreng beraninya yah kamu melempariku dengan batu. PLETAK. . . "Auuu, Heee. . ."

"Kenapa ? Nggak terima ? Dengerin yahh, aku ngelempari kamu batu karna kamu yang mulai tauu." Kata si kangkung dengan lantang dan dengan nada sedikit mengejek.

"Apaa ? Karna aku yang mulai ? Wihh... wihh... wihh, dasar kangkung gila, kangkung nggak waras, bisa-bisanya menyelahkanku, padahal dari tadi aku hanya melamun saja." Sahut Osphro tak terima.

"Tuhh kan tuh kan kamu mulai lagi." Kata si kangkung. Tiba-tiba Osphro menatap tajam ke si kangung. "Hee bocah edan, coba jelaskan kenapa bisa aku yang salah hah ?" Sahut Osphro.

"Baiklah, akan aku paparkan semuanya. PERTAMA... Karena asyik melamun bersedih kamu tak menghiraukan panggilanku, sangking kesalnya aku, mangkannya aku lempar kamu dengan batu pertama." Kata Kangkung menjelaskan. 

"Ohhh jadi suara yang ku dengar tadi bukan halusinasi toh." Kata Osphro sambil mengarahkan pandangannya ke atas menunjukan sedang berfikir. Dan langsung dibantah oleh si kangkung "Yahh bukanlah bodoh, baiklah akan ku teruskan, yang KEDUA... Kamu sudah mengejek suaraku, enak saja menyebut suaraku cempreng." Kata Kangkung melanjutkan. Namun dipotong lagi oleh Osphro "Memang kenyataannya suaramu cempreng kok."

"Berhentilah bicara atau kau akan merasakan lemparan batu kelima dariku." Kata kangkung mengancam. "Baiklah baiklah aku akan diam." Seketika Osphro hanya diam memperhatikan si kangkung. "Yang KETIGA... karena kamu berani mengataiku bodoh, dan yang KEEMPAT kamu mengulang kata cempreng. AKU INI IPO BUKAN KANGKUNG CEMPRENG TAUUU." Ipo menghentikan perkataannya dan mengambil nafas panjang, lelah habis memarahi ikan gurame yang bahkan namanya saja tidak dia ketahui. "Padahalkan niatku kan baik, hanya ingin bertanya kenapa kamu bersedih, sejak aku lahir belum pernah aku melihat ikan yang melamun bersedih dipinggir danau. Jangan-jangan hidupmu memang sangat menyedihkan yah." Kata Ipo mengejek.

"Enak saja kamu asal bicara." Osphro menghentikan kalimatnya sambil berputar membelakangi Ipo. "Tapi kamu memang benar sih." Kata Osphro melanjutkan. HAHAHAHAHA... Suara tawa Ipo seketika terdengar sangat menggelegar. "Haii cempreng, seenaknya saja kamu menertawaiku, dasar kangkung edan beneran kamu ini."

"Hahah, maaf maaf, bukan salahku dong kalau aku tertawa terbahak-bahak, habisnya kamu sok-sok an mengataiku asal bicara padahal memang nyatanya begitu." Kata Ipo sambil menahan tawa.

"Ahhh sebaiknya aku pergi saja." Osphro mulai meninggalkan Ipo dengan tawanya. "Dasar cewek gak pernah mau dibilang salah." Gumam Osphro. Tiba-tiba Ipo berteriak "Hee... aku mendengar itu. Sini kembalilah, ayolah jangan ngambek, mendekatlah dan ceritalah padaku, aku mau kita berteman, aku mau berkenalan denganmu." Mendengar perkataan Ipo yang ingin berteman dengannya, Osphro pun langsung kembali menghampiri Ipo.

Saat itu juga Osphro mengenalkan diri dan menceritakan semua kepada Ipo, bahwa teman-teman guramenya yang lain tak ada yang mau berteman dengannya, hanya karna dia miskin dan tak punya apa-apa. Ipo sedih mendengar cerita Osphro, namun Ipo juga kesal dengan teman-teman Osphro yang memilih dan memilah teman berdasarkan harta. "Aku sangat membenci perilaku itu, memilih dan memilah teman itu boleh tapi bukan karna harta alasannya, melainkan karna sifat buruk lah yang dipertimbangkan. Jangan khawatir Osphro, mulai sekarang kita bersahabat yah."

"Kamu mau berteman denganku ?" Tanya Osphro meminta kepastian. "Nggak jadi deh." Gurau Ipo. Seketika mereka saling pandang dan tertawa bersama. Mulai dari situlah persahabat Ipo dan Osphro dimulai. Mereka saling menjaga satu sama lain, saling meghibur, berbagi cerita bersama, bermain bersama, tertawa bersama. Tak jarang Ipo mengeluarkan keahliannya melempar batu kepada ikan gurame yang sengaja mengganggu Osphro, begitu pula dengan Osphro, tak segan melukai manusia yang ingin mengambil Ipo, menyakiti Ipo dengan mencabutnya.

Sampai suatu hari Ipo tak lagi melihat Osphro, walaupun berkali-kali mendatangi tempat biasa mereka bertemu. Ipo tak tahu bahwa saat sore di pertemuan terakhir mereka, ketika pulang ke rumah masing-masing, di perjalanan Osphro terpancing oleh manusia, dan dibawanya Osphro oleh manusia itu. Beberapa hari kemudian, giliran Ipo yang diambil oleh manusia. Ipo tak melawan seperti biasanya. Manusia membawa Ipo kesuatu tempat, disana banyak sekali manusia berlalu-lalang, menukar selembaran kertas dengan teman-teman Ipo disana.

Akhirnya tiba giliran Ipo yang ditukar dengan selembar kertas. Tiba-tiba. . . ."Osphro ? Kau Osphro kan ?" Ipo melihat ikan gurame mirip Osphro didalam kantong pelastik. "Heee Osphro, osphrooo." Teriak Ipo semakin kencang, setelah memastikan bahwa ikan gurame dikantong plastik itu adalah Osphro. Osphro yang mendengar suara cempreng yang khas itu langsung menoleh.

"Ipoooooo." Teriak Osphro gembira. Tak disangka mereka bertemu lagi. Mereka pun saling bercerita, bahwa mereka telah dibawa oleh manusia, saat bercerita ternyata selama ini mereka berada ditempat yang sama, biasanya manusia menyebutnya dengan pasar. Yahh setidaknya kata itulah yang mereka dengar saat disana. "Haii Ipo, kenapa kau tidak melawan saat dibawa ?" Tanya Osphro.

"Memangnya kau melawan saat terpancing oleh manusia ? Tanya Ipo meledek Osphro, tapi Osphro hanya menanggapinya dengan tertawa. "Kau tau kenapa aku tidak melawan ?" Tanya Ipo kepada Osphro, namun Osphro hanya menggelengkan kepalanya. "Karna tak ada lagi ikan gurame menyedihkan yang harus aku jaga dan aku bantu, setidaknya jika aku ikut dengan manusia maka aku dapat membantu mereka, untuk tidak kelaparan."

"Aku sangat sedih Ipo saat harus berpisah denganmu. Aku tau betapa berharganya memiliki sahabat sepertimu, dan sekarang aku juga tau bahwa disini tugas kita adalah untuk membantu manusia, walaupun nantinya kita harus kehilangan nyawa , jadi sebelum aku meninggal aku ingin kamu tau bahwa aku sangat beruntung pernah mengenalmu, dan menjadi sahabatmu." Ipo hanya membalas dengan senyum tipis manis penuh arti kepada Osphro.

Tak lama kemudian mereka telah kehilagan nyawanya, semua itu dilakukan untuk membantu manusia. Sekarang mereka ada di piring saji, di meja manusia, namun mereka bahagia karna bisa membantu orang lain dan yang terpenting mereka sempat mengenal dan saling menguatkan.

TAMAT. . .

Jumat, 26 Februari 2016

Peri Ungu (Peri tanpa Sayap) PART 3 -KERAJAAN AWAN-

"Baiklah, jika memang itu maumu peri merah. Jangan pernah menyesal dengan keputusanmu." Sang raja awan pun berdiri, diambilnya pedang ditangan peri merah, lalu raja awan berjalan ke belakang peri merah, srekk..srekk..srekk kini raja awan berada tepat di hadapan sayap peri merah. Raja awan mengangkat tinggi-tinggi pedang ditangannya, mencari posisi yang pas agar sayap peri merah dapat terpotong sempurna dengan sekali hempasan pedang. Secara bersamaan peri merah memejamkan matanya sambil mengerutkan keningnya. Wussshhh... Raja awan menghempaskan pedang ditangannya.


"AYAH JANGAANNNNNN" Teriak peri jingga, peri kuning, peri hijau, peri biru dan peri nila secara bersamaan, dan dengan spontan mereka langsung berdiri. 

Wussshhhh..., pedang sang raja melewati sayap peri merah begitu saja. Treng... Teng... Teng... Teng, pedang sang raja jatuh kelantai. Hanya berselang beberapa detik dari jatuhnya pedang kelantai, raja awan berjalan menjauh dari peri merah. Raja awan terus melangkah, menaiki tangga menuju kamar sang raja dan ratu awan. Memang tak ada ayah yang tega melukai anaknya, raja tidak memotong sayap peri merah, dibiarkannya sayap itu tetap utuh dan tetap mempercantik peri merah.

"Ayah mengapa masih kau biarkan sayapku menempel ditubuhku ayah. Ayahhhhh." peri merah berusaha memanggil ayahnya berulang ulang kali, bahkan semakin tinggi pula nada yang digunakan, namun sayang sang raja tetap berjalan lurus kedepan tanpa menghentikan langkah sedikitpun, bahkan untuk menoleh sebentar saja tidak. Peri merah semakin geram, dalam fikiran peri merah yang tergambar adalah ayahnya sengaja melakukan itu karna sudah tidak menyayanginya lagi, ayahnya sudah tidak mau memberikan kasih sayang yang ia minta dan butuhkan. Tanpa ada yang menyadari peri ungu telah melihat semua kekacauan ini dari balkon ruang tengah. Tak tahan melihat kekacauan yang terjadi peri ungu pun kembali masuk ke kamarnya dan menangis sejadi-jadinya.

"Haiii... peri ungu."

"Merpati ?" Peri ungu bingung kenapa tiba-tiba ada merpati dikamarnya. "Bagaimana kau bisa mengetahui istanaku, tempatku tinggal ?" Tanya peri ungu menyelidik. 

"Sangat mudah bagiku." Jawab merpati sangat yakin. "Kau sungguh tak ingat kah peri ungu ?" Tanya merpati, namun peri ungu hanya menggelengkan kepalanya. "Dulu saat pertama kita bertemu kaulah yang memberitahuku dimana tempat tinggalmu. Baiklah, lupakan saja. Kedatangaku kesini hanya ingin menjemputmu. Aku tau bahwa keadaan disini semakin memburuk maka ikutlah denganku. Akan kutunggu kau di bukit tulip, sore ini."

Belum sempat memberikan jawaban, tiba-tiba perwujudan merpati mulai memudar, memudar dan memudar, hingga akhirnya menghilang. "Ahh sial, nyatanya tadi aku menangis sampai tertidur." Peri ungu mengumpat dirinya sendiri. Namun peri ungu mulai memikirkan tawaran merpati biru. "Apakah si merpati biru itu nyata yah? Apakah aku harus ikut dengannya ? Ahhhh aku sangat bingung sekarang. Tetapi jika aku tak mengikutinya bisa saja keadaan di istana ini semakin memburuk, tapi jika aku mengikutinya maka aku harus meninggalkan semua yang aku sayangi disini.

"Raja. . . Ratu. . . Raja . . . Ratu . . ." Teriak Peri Klini. Peri Klini adalah peri kepala yang bertanggungjawab menjaga kebersihan dan kenyamanan istana.

"Adapa apa peri klini ?" Jawab Raja awan dengan tenang.

"Ini Raja, saya tidak bisa menemukan peri ungu, saya hanya menemukan surat ini." Dengan seketika Ratu mengambil surat dari tangan peri klini.

Ayah, Ibu, maaf jika aku harus meninggalkan kalian semua. Tapi aku rasa inilah yang terbaik untuk semua. Jangan pernah mencariku atau mengkhawatirkan aku, karena aku akan baik-baik saja. Aku tak tau sampai kapan akan pergi meninggalkan kalian semua, namun jika sudah ku rasa tepat, aku akan kembali lagi ke istana ini. Tak ada yang salah dan haruis bertanggung jawab atas kepergianku ini murni kemauanku. Aku ingin saat aku pergi kalian dapat membagi kasih sayang kalian dengan adil kepada semua saudara-saudaraku sama seperti dulu sebelum kecelakaan itu. AKU SAYANG KALIAN SEMUA.
 Anakmu, Peri Ungu. 
Setelah membaca surat tersebut Ratu awan langsung jatuh pingsan. Raja awan pun langsung lemas tak berdaya. Tak disangka peri ungu anak bungsu mereka harus meninggalkan istana demi kenyamanan dan keamanan istana. Setelah puli dari sadarnya, Raja dan Ratu awan langsung mengumpulkan semua anaknya dan membicarakan tentang surat peri ungu. Mereka menyetujui untuk mengabulkan keinginan peri ungu, karena Raja dan Ratu berfikir dengan begitu maka peri ungu akan cepat kembali kerumah. Walaupun peri merah, peri biru dan peri nila merasa senang karena akan mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa harus berfikir cara menyakiti peri ungu, tapi dalam hati mereka ternyata juga ada rasa kehilangan.

Saat semua membicarakan surat peri ungu dan membuat kesepakatan, maka pada saat yang sama peri ungu semakin menjauh dari istananya dari kerajaan awan yang dicintainya.


Selasa, 23 Februari 2016

Peri Ungu (Peri tanpa Sayap) PART 2 -KERAJAAN AWAN-

 "Aku adalah peri ungu, anak dari raja dan ratu awan dari kerajaan awan. Aku memiliki 6 saudara kembar dan aku sibungsu, tapi kami tidak identik. Dulu aku memiliki sayap yang indah layaknya seorang peri lainnya, juga seperti saudara-saudaraku. Tapi semua berubah sejak kecelakaan itu." Peri ungu menghela nafas panjang, menahan agar tidak menangis. Hemmmm... ahhh, namun tanpa dapat tertahan lagi air mata peri ungu mengalir tipis di pipinya. Dengan cekatan si merpati biru menghapus air mata peri ungu.

"Aku tidak apa merpati, baiklah akan aku lanjutkan ceritanya. Setiap peri yang mengalami patah pada sayapnya, maka sudah dipastikan akan kehilangan sayap tersebut, hanya peri yang masih berumur dibawah 2 tahunlah yang bisa mendapatkan kembali sayapnya apabila patah. Sayangnya aku kehilangan sayap saat berusia 13 tahun, yahh...kecelakaan itu merenggut sayapku setahun yang lalu, jadi sudah dipastikan aku tidak akan memiliki sayap lagi. Sejak kejadian itu semakin hari sisa sayapku semakin rapuh hingga akhirnya lepas dari tubuhku. Sejak kejadian itupula, perhatian ayah dan ibuku hanya terfokus pada perasaanku, kepulihanku dan kebahagiaanku."

"Bukankah itu suatu yang baik ? Lalu kenapa kau bersedih ? Bila memang kau mendapat perhatian dari kedua orangtuamu, kenapa malah membuatmu bersedih ?" Tanya merpati biru pada peri ungu.

"KAU TAK TAU MERPATI...." Dengan nada meninggi peri ungu menjawab pertanyaan merpati biru. Huaaa... Hiks..hiks..hiks, lagi-lagi peri ungu tak dapat menahan airmatanya, namun yang ini lebih deras keluar. "Kau tak tau apa yang aku dapat selain itu, saudara-saudaraku mulai mencemburuiku merpati. Sehingga mereka rela mengumpatku, mengharapkan aku tiada, bahkan tak jarang mereka ingin melukaiku dengan sihir. Tak dapat aku rasakan lagi cinta kasih dari mereka, hanya kakakku peri kuning yang masih perduli denganku, dan menguatkanku, tapi itu saja tak cukup bagiku, aku menginginkan sayapku, aku menginginkan kasih sayang kedua orangtuaku, tapi aku juga menginginkan cinta kasih dari saudara-saudaraku seperti dulu merpati, SEPERTI DULU." Peri ungu memperjelas kata 'seperti dulu' untuk menegaskan keinginannya kepada merpati biru.

"Tapi bukankah memang pada dasarnya kita tidak dapat selalu memiliki apa yang kita inginkan ? Kau tahu itu bukan ?"

"Iyahh aku tahu, tapi pernahkah kau merasakan betapa sedihnya kehilangan apa yang pernah kau miliki dan yang masih ingin kau miliki ? Kurasa kau tak akan pernah mengerti, betapa sakitnya dijahui dan kehilangan saudara-saudara yang kau sayangi." Dengan nada lemah peri ungu menjelaskan.

"Jika itu yang kau mau. Aku bisa membantumu, ikutlah denganku." Kata si merpati biru setelah peri ungu menyelesaikan ceritanya.



"Tapi jika aku ikut denganmu maka aku harus meninggalkan semua yang aku miliki sekarang ? Termasuk ayah dan ibuku, juga saudara-saudaraku ?"


"Yahh, tentu saja." Jawab merpati singkat. "Tak apa kau tinggalkan mereka sekarang, toh hanya untuk sebentar saja."


Disaat peri ungu masih berfikir tentang ajakan merpati biru, tiba-tiba perwujudan merpati biru semakin memudar, memudar, dan memudar sampai akhirnya tak dapat dilihat lagi perwujudannya oleh peri ungu. Seketika itu peri ungu langsung terbangun dari tidurnya.

"Ahh, ternyata ini semua hanya mimpi." Tak terasa hari sudah pagi, ternyata semalam untuk pertama kalinya sejak kecelakaan terjadi peri ungu dapat tidur dengan sangat nyenyak.


Krieeekkkk.... Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terbuka. Ahh ternyata itu ratu awan, ibu dari peri ungu. "Pagi anakku sayang, ternyata kau sudah bangun, syukurlah kalau begitu. Ini ibu bawakan sarapan untukmu." Ratu awan meletakan senampan penuh berisi makanan 4 sehat 5 sempurna untuk peri ungu di meja tak jauh dari kasur peri ungu. Setelah itu perlahan berjalan mendekati peri ungu anak bungsunya. "Bagaimana kondisimu pagi ini sayang ?" Sambil mengelus rambut peri ungu penuh kasih, ratu awan menatap iba pada anak bungsunya tersebut. "Sudah semakin membaik kah sayang ?"


"Aku akan selamanya tidak baik ibu." Dengan malas peri ungu menjawab pertanyaan ratu awan.


"Ahh sayang, ibu sangat khawatir dengan kondisimu, ayolah katakan pada ibu, mengapa kau masih saja belum merasa membaik sayang ? Ibu akan melakukan apapun agar kau dapat ceria seperti dulu."
 
Peri ungu berdiri menjahui sang ibu, berjalan perlahan menuju balkon kamarnya. "Bagaimana aku bisa semakin baik bu. Sekarang aku tanya, apakah ibu sudah makan ? Sebelum mengantarkan makananku ke kamar ?" Tanya peri ungu tanpa menatap sang ibu, peri ungu hanya menatap kosong kedepan, ke taman kerajaan.


"Sudah..." jawab sang ratu tegas namun lemah lembut. "Apakah ibu sudah memikirkan kesehatan ibu dulu sebelum memikirkan kesehatanku ? Bagaimana dengan kesehatan ayah dan saudara-saudaraku yang lainnya ? Apakah ibu sudah memikirkannya sebelum memikirkan kesehatanku ? Lalu bagaimana dengan kebahagiaan ibu, ayah, dan keenam saudaraku ? Apakah ibu telah memikirkan kebahagiaan ibu sendiri dan mereka sebelum memikirkan kebahagiaanku ? Dan dengan perasaan mereka, apa sudah ibu pikirkan sebelum memikirkan perasaanku ?" Suara peri ungu semakin bergetar, dan tanpa disadari airmatanya telah menetes tipis dipipinya. "Bagaimana aku bisa membaik, bila aku masih terlalu egois menikmati fasilitas mewah ini sendirian bu ?" Kali ini peri ungu menatap tajam ke mata sang ibu, dan airmatanya semakin deras keluar. Ratu awan yang tak tega melihat anaknya langsung berlari menghampiri peri ungu dan memeluknya lembut.


"Mengapa kau bisa berkata seperti itu peri ungu. Kami semua disini menyayangimu, kami ingin yang terbaik bagimu nak. Tolong jangan bicara seperti itu lagi." Ratu awan pun kini mulai ikut menangis.



"Ibu hanya berpura-pura menutup mata, hati dan telinga ibu, aku tahu bahwa ibu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Hanya agar hati ibu tak terluka, agar hati ayah tak terluka, dan hati-hati yang lainnya tak terluka, ibu berpura-pura menutup mata dan telinga ibu. Tanpa ibu sadari telah banyak hati yang terluka karna fasilitas mewah yang diberikan oleh ayah dan ibu terhadapku." Sambil masih menangis peri ungu melepaskan diri dari pelukan sang ibu, dan perlahan berjalan menuju meja riasnya.


"Tapi nak...." belun sempat menyelesaikan ucapannya, peri ungu telah memotong perkataan sang ibu. "Sudahlah bu, biarkan aku sendiri dulu, aku tak ingin semakin menyakiti hati ibu dan hati yang lainnya. Aku tau sekarang hati ibu terluka, akupun terluka, bahkan 6 hati yang berada di luar kamar ini pun terluka. Tolong tinggalkan aku sendiri bu, aku mohon." Peri ungu menundukan kepalanya di akhir permintaannya. Sang ibu yang sudah tak tega melihat anaknya, perlahan meninggalakan kamar sang anak namun dengan airmata yang masih deras menetes.


Sedangkan diwaktu yang bersamaan, dimeja makan, telah terjadi sedikit kekacauan.


"Selalu ungu, ungu, ungu, dan ungu, hanya ungu yang mendapat perhatian, hanya ungu yang mendapat kasih sayang, hanya ungu yang di istimewakan, hanya ungu, UNGUUUU." Tiba-tiba suara peri merah membuyarkan kesunyian di meja makan. "Jika memang untuk mendapatkan kembali kasih sayang ayah dan ibu aku harus kehilangan sayap indahku, aku rela. Sakitpun tak apa, aku rela."


Raja awan menghentikan kegiatan makannya seketika, dan menaruh sendok ditangannya ke meja, dengan sedikit menggebrak meja. BRUUUAAKKK. "Apa yang sedang kau bicarakan peri merah ? Tak bisa kah kau melihat apa yang sedang terjadi pada adikmu peri ungu ? Masihkah kau tega mencemburuinya ? Ayah dan ibu juga tetap memperhatikan kalian, menyayangi kalian, membesarkan kalian dengan cinta kasih, tapi kau sebagai kakak tertua harusnya faham betul bahwa adikmu peri ungu saat ini yang membutuhkan perhatian lebih." Tatapan tajam raja awan langsug menusuk lurus kemata peri merah.


"Tapi tidakkah ayah dan ibu mengerti, bahwa bukan hanya peri ungu yang butuh perhatian ayah dan ibu, tapi aku, dan adik-adikku yang lain juga membutuhkan itu ayah." Suara peri merah meninggi, membela diri didepan sang ayah. "Ayah dan ibu selalu berpura-pura tidak tahu dan tidak perduli dengan kondisi sekitar. Hanya peri ungu yang ada dipikiran kalian. Mungkin ayah dan ibu sudah merasa memberikan perhatian kepada kami secara adil, tapi nyatanya itu hanya dalam pikiran ayah dan ibu saja. AKU JUGA MENYAYANGI SEMUAA ADIK-ADIKKU AYAHHH." Seketika peri merah meninggikan suaranya. "Tapi aku juga membutuhkan kasih sayang ayah dan ibu, aku masih menginginkan itu ayah, tidak kah ayah fahami itu ? Tidakkah ayah perduli dengan kebutuhan kami akan kasih sayang kalian berdua ?"


Suasana semakin memanas antara raja awan dan peri merah. Semua aktifitas dimeja makanpun seketika terhenti, semua seoalah tak mampu berbuat apa-apa sekarang, bahkan untuk bernafas saja rasanya berat untuk mereka. "Sekarang ibu berada di kamar peri ungu untuk mengantarkan sarapan, bahkan ibu belum sempat menyentuh sarapannya sendiri. Ini semua karna ayah dan ibu selalu mementingkan ungu sehingga kepentingan diri sendiripun kalian lupakan begitu saja." Suara peri merah terdengar lagi, kali ini dapat dilihat bahwa mata raja awan semakin memerah, dan terpancar raut geram diwajahnya. Tanpa menghiraukan wajah sang ayah, peri merah berdiri meninggalkan meja. Tak disangka ternyata peri merah mengambil pedang yang dipajang di tembok kerajaan. "Potong sayapku ayah, potong sayapku dengan pedang ini, bila memang begini caranya agar aku bisa mendapatkan kembali kasih sayang ayah dan ibu, aku rela. POTONGLAH AYAH, POTONGLAH SAYAPKU."


"Baiklah, jika memang itu maumu peri merah. Jangan pernah menyesal dengan keputusanmu." Sang raja awan pun berdiri, diambilnya pedang ditangan peri merah, lalu raja awan berjalan ke belakang peri merah, srekk..srekk..srekk kini raja awan berada tepat di hadapan sayap peri merah. Raja awan mengangkat tinggi-tinggi pedang ditangannya, mencari posisi yang pas agar sayap peri merah dapat terpotong sempurna dengan sekali hempasan pedang. Secara bersamaan peri merah memejamkan matanya sambil mengerutkan keningnya. Pssssshhh... Raja awan menghempaskan pedang ditangannya.

"AYAH JANGAANNNNNN" Teriak peri jingga, peri kuning, peri hijau, peri biru dan peri nila secara bersamaan, dan dengan spontan mereka langsung berdiri.

BERSAMBUNG . . .

Senin, 22 Februari 2016

Peri Ungu (Peri tanpa Sayap) PART 1 -KERAJAAN AWAN-

Di kerajaan awan hiduplah 7 peri bersaudara yang lahir bertepatan dengan pelangi pertama di kerajaan tersebut. Karena bertepatan dengan pelangi pertama yang muncul di kerajaan awan, maka nama mereka sama dengan warna yang ada di pelangi. Peri pertama yang berarti kakak tertua adalah peri Merah, peri kedua adalah peri Jingga, peri ketiga adalah peri Kuning, peri keempat adalah peri Hijau, peri kelima adalah peri Biru, peri keenam adalah peri Nila, dan peri terakhir adalah peri Ungu. Mereka adalah anak-anak pertama dari raja dan ratu awan. Kelahiran mereka hanya berselang beberapa menit, karena mereka adalah kembar 7 yang tidak identik.


Semua menyambut kelahiran mereka dengan suka cita. Pesta rakyat besar-besaran diselenggarakan selama beberapa hari tanda syukur raja dan ratu awan atas nikmat yang telah mereka terima. Pesta rakyat tersebut sangat meriah dengan adanya pagelaran pentas seni, pasar kuliner terbuka, pesta dansa yang dapat dihadiri oleh kalangan atas hingga bawah, lomba membuat busana untuk ketujuh anak raja yang baru lahir, serta banyak lagi. Raja dan ratu awan sengaja mengadakan pesta rakyat agar kebahagiaan ini tidak hanya dirasakan oleh raja dan ratu tapi seluruh rakyatnya bahkan kolega-koleganya.


"Toloooooooooooooong." Teriak si peri ungu. Tak sampai ada yang dapat menolong, peri ungu telah jatuh dengan punggung dan sayapnya menghantap batu besar. Seketika itu peri ungu kehilangan kesadarannya.


Hari demi hari pun dilewati dengan kesedihan oleh peri ungu. Peri ungu merasa tidak berdaya, dan kehilangan kepercayaan dirinya. Karna sayapnya yang patah dan semakin hari semakin parah sampai akhirnya sayap patah itupun terlepas dari tubuhnya dan hancur, maka perhatian raja dan ratu awan hanya terfokus pada peri ungu. Dengan perhatian ekstra dari raja dan ratu awan tak membuat peri ungu bahagia, atau sekedar membaik kondisinya. Perhatian ekstra raja dan ratu awan malah menimbulkan kecemburuan pada saudara-saudara peri ungu. Tak jarang mereka berharap bahwa sebaiknya peri ungu menghilang saja, bahkan yang lebih ekstrim peri merah, peri biru, dan peri nila beberapa kali bersekongkol untuk mencelakai peri ungu dengan sihir-sihir penderitaan yang telah mereka pelajari. Walaupun usaha mereka selalu gagal namun mereka tak pernah menyerah untuk 
melampiaskan kecemburuannya terhadap peri ungu.


Hingga suatu hari peri ungu bertemu dengan merpati biru yang dapat berbicara. "Wahai gadis cantik, mengapa kau duduk merenung sendiri di tepi jurang ini ? Apa kau sedang bersedih ?" Sapa sang 
merpati.

"Siapa itu ? Mengapa aku tak melihat seorangpun disini ? Keluarlah tunjukan perwujudanmu."
"Haii, aku disini, aku seekor merpati biru, bukan manusia seperti yang kau fikir, tengoklah keatas pohon maka kau akan dapat melihatku."

"Bohong, aku tak pernah tau merpati dapat bicara. Hanya peri lah yang dapat berbicara."
Karna peri ungu belum juga mendapati perwujudan merpati biru yang dapat bicara itu, maka merpati putih memutuskan untuk menghampiri sang peri. "Lihatlah aku disini sekarang."


"AAAAAAHHH...." Peri ungu yang terkejut langsung jatuh kedalam jurang. Merpati biru pun langsung menangkap peri ungu dengan cakarnya, dan membawa peri ungu kembali ke atas bukit. "Hai merpati, bagaimana bisa tubuh kecilmu itu mengangkat tubuhku ini ?" Peri ungu secara spontan bertanya pada merpati biru setelah sampai di atas bukit.

"Karna aku bukanlah merpati biasa, aku berasal dari kerajaan ajaiba, disana kau akan menemukan banyak hal yang tidak mungkin menjadi mungkin." Kata merpati biru. Sambil mendengarkan penjelasan si merpati, peri ungu dengan teliti memperhatikan perwujudan si merpati biru. Tubuhnya mungil seperti layaknya merpati pada umumnya, bulunya pun seindah bulu merpati yang peri ungu tahu, bedanya si merpati itu berwarna biru terang dan dapat berbicara. "Jadi, maukah kau memberitahuku mengapa kau duduk merenung sendiri di tepi jurang tadi ? Apa kau sedang bersedih ?" Kata merpati biru membuyarkan lamunan sang peri ungu. "Kau sungguh cantik, dan memiliki aura yang begitu menarik perhatian, tapi auramu seolah tertutup oleh kabut hitam pekat. Ayolah cerita padaku, aku berjanji tak akan menyakitimu." Lanjut merpati biru meyakinkan.

"Baiklah aku akan menceritakan semua padamu, tapi berjanjilah jangan sampai kau ceritakan tentang masalah ini pada siapa pun, kecuali dengan izinku, karna aku tidak mau menyakiti siapa pun."
Merpati biru mengangguk tanda setuju, bahkan mereka melakukan perjanjian kelingking. Peri ungu pun menceritakan semua keluh kesahnya, semua kejadian yang membuatnya bersedih dan duduk merenung di ujung jurang tadi. Dengan seksama merpati mendengarkan cerita dari peri ungu. Sesekali si merpati biru menghapus air mata sang peri ungu yang menetes disela-sela ceritanya. "Aku bisa membantumu ikutlah denganku." Kata si merpati biru setelah peri ungu menyelesaikan ceritanya.

"Tapi jika aku ikut denganmu maka aku meninggalkan semua yang aku miliki sekarang ? Termasuk ayah dan ibuku, juga saudara-saudaraku ?"

"Yahh, tentu saja." Jawab merpati singkat. "Tak apa kau tinggalkan mereka sekarang, toh hanya untuk sebentar saja."

Disaat peri ungu masih berfikir tentang ajakan merpati biru, tiba-tiba perwujudan merpati biru semakin memudar, memudar, dan memudar sampai akhirnya tak dapat dilihat lagi perwujudannya oleh peri ungu. Seketika itu peri ungu langsung terbangun dari tidurnya.
"Ahh, ternyata ini semua hanya mimpi."

"Wahai rakyatku, sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku, dan seluruh penghuni kerajaan awan nikmatilah pesta rakyat yang kuselenggarakan ini, agar kalian juga dapat merasakan kebahagiaanku dan istriku." kata raja awan saat membuka pesta rakyat tersebut. Serentak seluruh peri yang menghadiri acara pun langsung berteriak rusuh, tanda mereka juga merasakan kebahagiaan sang raja dan ratu mereka. Kebahagiaan seantero kerajaan awan tak hanya sampai disitu saja, tapi tetap terjadi di hari-hari berikutnya, hari-hari saat membesarkan peri-peri kecil kerajaan awan.

Hari demi hari berlalu, tak terasa kini peri kecil sang raja dan ratu mulai beranjak remaja. Karna sudah mulai beranjak remaja, maka semua peri wajib mendapatkan pelajaran-pelajaran yang berguna bagi kerajaan beserta masyarakatnya dan bagi individu mereka masing-masing. Mereka diajari menjadi peri yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dengan talenta yang dimiliki masing-masing peri. Peri-peri tersebut diajarkan terbang, menggunakan sayap mereka yang semakin hari semakin kuat digunakan untuk terbang. Peri-peri tersebut juga mempelajari ilmu sihir, mulai dari sihir kebahagiaan sampai sihir penderitaan yang digunakan untuk menghukum yang bersalah. Tiba-tiba pada suatu hari kebahagiaan kerajaan awan mulai terusik. Hal ini terjadi karena peri ungu mengalami kecelakaan saat berlatih terbang di taman kerajaan. Karna terlalu asik terbang dan bermain-main diatas, peri ungu lupa mengendalikan keseimbangan tubuhnya.


"Peri ungu sayang, bangunlah nak, ini ibu, bangunlah nak." Dengan berlinang air mata ratu awan mencoba menyadarkan si bungsu peri ungu. "Dokter, tolong sadarkan putriku, obati dia dokter, agar dia dapat segera sadar dan membuka matanya, sehingga aku tak khawatir lagi dokter, cepatlah dokter." Ratu awan mendesak dokter untuk lekas menyembuhkan anaknya. Dengan telaten peri dokter memeriksa keadaan peri ungu. Sampai tahap pemeriksaan sayap, peri dokter mendapati bahwa sayap sang peri telah patah dan tidak dapat diselamatkan lagi. Raja dan ratu yang mendengar pernyataan peri dokter seketika terkejut. Karena bukan rahasia lagi bahwa tidak ada obat yang dapat menumbuhkan sayap sang peri yang patah saat usianya sudah lebih dari 2 tahun.


BERSAMBUNG. . . .

First Post

Haii sobat dongengku. . .

Mulai hari ini aku bakal memposting dongeng-dongeng hasil imajinasiku sendiri :) mungkin memang nggak sebagus karya penulis diluar sana, yang lebih dulu hobi memposting dongeng-dongengnya. Yahh maklumi saja lah yah, karna ini pengalaman pertamaku membuat dongeng sobat, walau tak sebagus karya orang lain tapi semoga sobat dongengku suka yah, doakan saja supaya makin hari makin bagus cerita, alur, dan penulisannya. . .

Selain memposting dongeng hasil imajinasiku sendiri, disini aku bakal memposting apasih dongeng itu sampai review dongeng-dongeng legendaris. . .

Aku berharap banget dapet kritik dan saran dari sobat semua, untuk memperbaiki karya-karyaku mendatang. Jadi jangan sungkan untuk komen di setiap selesai baca dongengnya yah, dan pantengin terus blognya untuk bisa baca karya-karya amatiranku.

Ok. .  . Sampai sini dulu yah sobat, terima kasih telah menyempatkan waktu berkunjung keblogku. See you soon
 

DONGENG Template by Ipietoon Cute Blog Design